BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Pada era globalisasi dan era
informasi ini laju informasi berjalan
dengan sangat cepat. Segala sesuatu yang terjadi di dunia dapat diakses dan
diketahui dalam hitungan detik. Begitu juga masalah-masalah budaya, ilmu pengetahuan,
teknologi berkembang pesat, dan persaingan hamper dalam seluruh segmen
kehidupan terjadi dan terbuka lebar. Dalam zaman atau era seperti ini
dibutuhkan pribadi-pribadi yang tangguh dan mempunyai kemandirian tinggi dalam
rangka mengarungi kehidupannya. Dari sinilah dibutuhkan sebuah keluarga yang
mampu membimbing dan mendidik anak atau remaja yang mandiri dan
bertanggungjawab atas masa depannya. Sebab keluarga sebagai unit
terkecil merupakan entitas
pertama dan utama dimana anak tersebut tumbuh, dan dibesarkan, dibimbing dan
diajarkan nilai-nilai kehidupan sesuai dengan harapan sosial (social expectacy)
dimana keluarga tersebut tinggal. Hingga nantinya sang anak atau remaja siap
menghadapi tantangan dalam kehidupannya dan mampu mengemban amanat besar
sebagai penerus estafet perjuangan bangsa
Selain itu lingkungan pendidikan juga
memberikan pengaruh pada perkembangan kemandirian. Bagaimana cara mereka
diperlakukan dalam lingkungan sekolah, dan bagaimana cara guru mendidik mereka
merupakan salah factor yang mempengaruhi berkembangnya kemandirian seseorang.
Bagi anak sekolah tingkat lanjutan, yaitu: Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas atau sekolah-sekolah lain yang menerapkan system
full day school, lingkungan sekolah merupakan aspek yang sangat mempengaruhi
proses berkembangnya kemandirian seorang anak.
Hubungan antara seorang anak dan
orang tua sebagai orang yang paling dekat dan berarti baginya, sangat berperan
dalam perkembangan kepribadian seorang anak. Sejak awal kehidupannya, seorang
anak mempersepsi bagaimana orang tua bersikap dan memperlakukan dirinya. Sikap
dan perlakuan orang tua terhadap remaja merupakan iklim psikologis yang timbul
dalam bentuk interaksi antara orang tua dan remaja di lingkungan keluarga, dapat
mempengaruhi perkembangan kemandirian remaja.
Selain itu keadaan pada lingkungan
pendidikan anak juga mempengaruhi proses perkembangan kemandirian, terutama
anak yang sedang duduk di bangku Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas. Bagaimana seorang anak mendapatkan didikan dan bagaimana
mereka diperlakukan dalam lingkungan pendidikan perlu diperhatikan. Karena
dalam proses tersebut anak akan mengembangkan kemandirian mereka dengan tujuan
belajar untuk hidup lebih mandiri dan tidak bergantung lagi pada orang tua atau
keluarga.
Dari uraian di atas dapat dinyatakan
bahwa perkembangan kemandirian seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dan
proses perkembangan tersebut berlangsung secara bertahap atau step by step,
yaitu mulai dari tingkatan yang terendah sampai tingkatan perkembangan
kemandirian tertinggi. Diperlukan beberapa upaya untuk mewujudkan perkembangan
kemandirian pada seorang anak. Dan untuk mewujudkan hal tersebut terdapat
beberapa penyebab yang dapat menghambat proses perkembangan kemandirian.
1.2
RUMUSAN
MASALAH
1) Apa yang dimaksud dengan Kemandirian?
2)
Apa
yang dimaksud dengan Karir?
3)
Bagaimana
hubungan kemandirian dan karir terhadap perkembangan peserta didik?
1.3
TUJUAN
1)
Mengetahui dan memahami arti dari Kemandirian.
2)
Mengetahui dan memahami arti dari Karir.
3)
Mengetahui Hubungan kemandirian dan karir terhadap perkembangan
peserta didik.
1.4
MANFAAT
Agar mahasiswa lebih mengetahui tentang hubungan kemandirian dan karir
terhadap perkembangan peserta didik.
1.5
BATASAN
MASALAH
Dalam pembahasan makalah ini kelompok kami membatasi pada permasalahan
hubungan kemandirian dan karir terhadap perkembangan peserta didik.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
PENGERTIAN KEMANDIRIAN
Kemandirian merupakan sikap yang mendorong orang untuk tidak merepotkan
ataupun tergantung pada orang lain. Secara ekonomi, sikap mandiri seseorang
akan menimbulkan hubungan simbiosis komensalisme atau mutualisme di
masyarakat.Kemandirian seseorang tidak begitu saja terbentuk. Kemandirian
seseorang terbentuk melalui proses pendidikan.Kemandirian itu perlu
pembiasaan,pemberian wawasan dan pelatihan. Kemandirian seseorang
setidak-tidaknya dipengaruhi oleh dua faktor , yaitu pola asuh di keluarga dan
pendidikan disekolah. Dalam pandangan Islam, setiap Muslim wajib bergantung
pada dirinya sendiri dan menggunakan kepercayaan dirinya yang telah
dianugerahkan oleh Tuhan kepadanya.
Pola asuh orang tua sangat berpengaruh pada kemandirian anak. Seorang
anak yang selalu dimanja atau mendapat perlakuan yang overprotektif biasanya menyebabkan
anak mandiri. Sebaliknya, orang tua yang selalu menyalahkan anak juga membuat
anak menjadi tidak percaya diri. Orang tua yang tidak memberi kepercayaan dan
tanggung jawab kepada anak, membuat anak tidak mempunyai inisiatif. Begitu pula
orang tua yang otoriter, akan membut anak seperti robot.
Ada sebuah papatah yang mengungkapkan,”Mendidik dengan kekerasan akan
melahirkan anak yang tiran, mendidik dengan ancaman akan membentuk anak yang
pemberontak, dan melepas anak tanpa mendididiknya akan menjadikan sosok yang
liar.Sebaliknya, bila mendidik dengan belas kasih akan menghadirkan pribadi
yang rendah hati dan menddik dengan menghargai menjadikannya manusia yang
percaya diri (Sindo,8 Januari 2009).”
Peran sekolah ntuk melahirkan lulusan yang mandiri, sekolah dapat pula
memainkan perannya.Sekolah merupakan salah satu kelompok layanan pendidikan
yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal.Pengelolaannya hendaknya
dilaksanakan berdasarkan manajemen berbasis sekolah/madrasah (UU Sisdiknas Pasal
51).Untuk mengondisikan pendidikan mandiri, sekolah perlu mereformasi
diri.Menurut Mulyasa, reformasi pada level sekolah harus diawali dengan sikap
positif dan komitmen dari seluruh warga sekolah untuk memanfaatkan otonomi yang
diberikan dengan sebaik-baiknya. Yang pertama perlu dibangun adalah komitmen
untuk mandiri, terutama dengan menghilangkan setting pemikiran dan budaya
kekakuan birokrasi, serta mengubahnya menjadi pemikiran dan budaya aktif,
kreatif, dan inovatif. Komitmen untuk mandiri perlu dibangun tidak saja pada
diri kepala sekolah dan jajaran manajemen sekola, tetapi juga pada setiap
individu warga sekolah, termasuk guru, tenaga administrasi, dan peserta didik.
fungsi sekolah adalah menyiapkan siswa untuk menghadapi dunia nyata. Mereka perlu
disadarkan tentang harapan yang mereka pikul, tantangan yang mereka hadapi, dan
kemampuan yang perlu mereka kuasai.
Dilihat dari konsep kemandirian, keberhasilan sekolah dapat dilihat dari
beberapa indicator:
·
Pertama, adanya peningkatan mutu pendidikan,
yang dapat dicapai oleh sekolah melalui kemandirian dan inisiatif kepada
sekolah dan guru dalam mengelola dan mendayagunakan sumber-sumber tersedia
·
Kedua, adanya peningkatan tanggung jawab sekolah
kepada pemerintah, orang tua peserta didik, dan masyarakat pada umumnya yang
berkaitan dengan mutu sekolah, baik dalam intra maupun ekstrakurikuler.
·
Ketiga, tumbuhnya kemandirian dan berkurangnya
ketergantungan di kalangan warga sekolah , bersifat adaptif dan proaktif serta
memiliki jiwa kewirausaaan tinggi (ulet, inovatif, dan berani mengambil risiko.
·
Keempat terwujudnya proses pembelajaran yang
efektif, yang lebih menekankan pada belajar mengetahui, belajar berkarya,
belajar menjadi diri sendiri dan belajar hidup bersama secara harmonis
(2002).Untuk terciptanya pembelajaran yang efektif , iklim sekolah yang aman,
nyaman, dan tertib sehingga terjadi pembelajaran yang dapat berlangsung dengan
tenang dan menyenangkan perlu dikondisikan.Untuk penyempurnaan proses
pembelajaran, evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan perlu pula
dilakukan.
Untuk menjadikan anak didik mandiri, anak itu perlu juga dilatih
kecakapan hidup.Kecakapan hidup adalah kecakapan yang memungkinkan orang dapat
secara positif dan adaptif mengatasi situasi dan tuntutan hidup sehari-hari,
seperti berpikir kreatif dan kritis, mengambil keputusan yang tepat, memecahkan
masalah, dan bersikap tanggung jawab.Kecakapan-kecakapan ini berkaitan dengan
kesehatan pribadi, pengembangan keluarga dan masyarakat, partisipasi sebagai
warga Negara dan tenaga kerja.
2.2
PENGERTIAN KARIR
Menurut Gibson dkk. (1995: 305) karir
adalah rangkaian sikap dan perilaku yang berkaitan dengan pengalaman dan aktivitas
kerja selama rentang waktu kehidupan seseorang dan rangkaian aktivitas kerja
yang terus berkelanjutan.
Dengan demikian karir seorang individu melibatkan
rangkaian pilihan dari berbagai macam kesempatan. Jika ditinjau dari sudut pandang
organisasi, karir melibatkan proses dimana organisasi memperbaharui dirinya
sendiri untuk menuju efektivitas karir yang merupakan batas dimana rangkaian
dari sikap karir dan perilaku dapat memuaskan seorang individu.
Menurut Greenhaus (1987: 5) yang dikutip
oleh Irianto (2001:93) terdapat dua pendekatan untuk memahami makna karir,
yaitu:
- pendekatan pertama memandang karir sebagai pemilikan (aproperty) dan/atau dari occupation atau organisasi. Pendekatan ini memandang bahwa karir sebagai jalur mobilitas di dalam organisasi yang tunggal seperti jalur karir di dalam fungsi marketing, yaitu menjadi sales representative, manajer produk, manajer marketing distrik, manajer marketing regional, dan wakil presiden divisional marketing dengan berbagai macam tugas dan fungsi pada setiap jabatan.
- Pendekatan kedua memandang karir sebagai suatu properti atau kualitas individual dan bukan occupation atau organisasi. Pendekatan ini memandang bahwa karir merupakan perubahanperubahan nilai, sikap, dan motivasi yang terjadi pada setiap individu/pegawai.
Berdasarkan kedua pendekatan tersebut
definisi karir adalah sebagai pola pengalaman berdasarkan pekerjaan
(work-related experiences) yang merentang sepanjang perjalanan pekerjaan yang dialami
oleh setiap individu/pegawai dan secara luas dapat dirinci ke dalam obyective
events. Salah satu contoh untuk menjelaskannya melalui serangkaian posisi
jabatan/pekerjaan, tugas atau kegiatan
pekerjaan, dan keputusan yang berkaitan dengan pekerjaan (workrelateddecisions).
Tidak hanya itu saja, juga mengenai interpretasi subyektif tentang peristiwa
yang berkaitan dengan pekerjaan (workrelated events) baik pada masa lalu, kini
dan mendatang seperti aspirasi pekerjaan, harapan, nilai, kebutuhan dan
perasaan tentang pengalaman pekerjaan tertentu.
Menurut Irianto (2001 : 94), pengertian
karir meliputi elemen-elemen obyektif dan subyektif. Elemen obyektif berkenaan dengan
kebijakan-kebijakan pekerjaan atau posisi jabatan yang ditentukan organisasi,
sedangkan elemen subyektif menunjuk pada kemampuan seseorang dalam mengelola
karir dengan mengubah lingkungan obyektif (misalnya dengan mengubah pekerjaan/jabatan)
atau memodifikasi persepsi subyektif tentang suatu situasi (misalnya dengan
mengubah harapan).
Simamora (2001 : 504) berpendapat bahwa
kata karir dapat dipandang dari beberapa perspektif yang berbeda, antaralain
dari perspektif yang obyektif dan subyektif. Dipandang dari perspektif yang
subyektif, karir merupakan urut-urutan posisi yang diduduki oleh seseorang selama
hidupnya, sedangkan dari perspektif yang obyektif, karir merupakan
perubahan-perubahan nilai, sikap, dan motivasi yang terjadi karena seseorang
menjadi semakin tua.
Kedua perspektif tersebut terfokus pada
individu dan menganggap bahwa setiap individu memiliki beberapa tingkat pengendalian
terhadap nasibnya sehingga individu tersebut dapat memanipulasi peluang untuk
memaksimalkan keberhasilan dan kepuasan yang berasal dari karirnya. Berdasarkan
pengertian tersebut, maka pengertian karir adalah urutan aktivitas-aktivitas yang
berkaitan dengan pekerjaan dan perilaku-perilaku, nilainilai, dan aspirasi-aspirasi
seseorang selama rentang hidupnya.
Sedangkan menurut Soetjipto, dkk (2002 :
276) karir merupakan bagian dari perjalanan hidup seseorang, bahkan bagi sebagian
orang merupakan suatu tujuan hidup. Setiap orang mempunyai hak dan kewajiban untuk
sukses mencapai karir yang baik. Karir sebagai sarana untuk membentuk seseorang
menemukan secara jelas keahlian, nilai, tujuan karir dan kebutuhan untuk
pengembangan, merencanakan tujuan karir, secara kontinyu mengevaluasi, merevisi
dan meningkatkan rancangannya.Untuk mancapai proses karir yang baik perlu memperhatikan prinsip prinsip
sebagai berikut :
1.
Karyawan bertanggungjawab terhadap karirnya sendiri.
2. Keahlian
karyawan didasarkan pada usaha perjuangannya sendiri.
3. Perencanaan
karir dibuat secara sadar dan sukarela tanpa ada tekanan.
4. Menggunakan
continous improvement untuk menumbuhkan pribadinya.
5. Sukses
dijabarkan dengan baik oleh diri karyawan sendiri.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas
dapat dikatakan bahwa karir adalah merupakan suatu rangkaian perubahan nilai, sikap
dan perilaku serta motivasi yang terjadi pada setiap individu selama rentang
waktu kehidupannya untuk menemukan secara jelas keahlian, tujuan karir dan
kebutuhan untuk pengembangan, merencanakan tujuan karir, dan secara kontinyu mengevaluasi,
merevisi dan meningkatkan rancangannya. Karir juga merupakan suatu proses kemitraan
interaksi dalam tahapan dan kerja sama antara organisasi/perusahaan atau
manajemen, atasan langsung dan individu itu sendiri.
2.3
PENGERTIAN PESERTA DIDIK
Secara
etimologi peserta didik dalam bahasa arab disebut dengan Tilmidz jamaknya
adalah Talamid, yang artinya adalah “murid”, maksudnya adalah
“orang-orang yang mengingini pendidikan”. Dalam bahasa arab dikenal juga dengan
istilah Thalib, jamaknya adalah Thullab, yang
artinya adalah “mencari”, maksudnya adalah “orang-orang yang mencari ilmu”. Ini
sesuai dengan sabda Rasulullah Saw:
من طلب علما فادركه كتب الله كفلين…….( رواه
الطبرنى )
“Siapa yang menuntut ilmu dan
mendapatkannya, maka Allah mencatat baginya dua bagian”. (HR. Thabrani)
Menurut pasal 1
ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional, peserta
didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui
proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Namun secara umum peserta didik adalah komponen masukan dalam
sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga
menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional
dapat ditinjau dari berbagai pendekatan, antara
lain: pendekatan social, pendekatan psikologis, dan pendekatan
edukatif/paedagogis.
1. Pendekatan sosial, peserta
didik adalah anggota masyarakat yang sedang disiapkan untuk menjadi anggota
masyarakat yang lebih baik. Sebagai anggota masyarakat, dia berada dalam
lingkungan keluarga, masyarakat sekitarnya, dan masyarakat yang lebih luas.
Peserta didik perlu disiapkan agar pada waktunya mampu melaksanakan perannya
dalam dunia kerja dan dapat menyesuaikan diri dari masyarakat. Kehidupan
bermasyarakat itu dimulai dari lingkungan keluarga dan dilanjutkan di dalam
lingkungan masyarakat sekolah. Dalam konteks inilah,peserta didik melakukan
interaksi dengan rekan sesamanya, guru-guru, dan masyarakat yang berhubungan
dengan sekolah. Dalam situasi inilah nilai-nilai social yang terbaik dapat
ditanamkan secara bertahap melalui proses pembelajaran dan pengalaman langsung.
2. Pendekatan Psikologis,
peserta didik adalah suatu organisme yang sedang tumbuh dan berkembang. Peserta didik
memiliki berbagai potensi manusiawi, seperti: bakat, inat, kebutuhan,
social-emosional-personal, dan kemampuan jasmaniah. Potensi-potensi itu perlu
dikembangkan melalui proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah, sehingga
terjadi perkembangan secara menyeluruh menjadi manusia seutuhnya. Perkembangan
menggambarkan perubahan kualitas dan abilitas dalam diri seseorang, yakni
adanya perubahan dalam struktur, kapasitas, fungsi, dan efisiensi. Perkembangan
itu bersifat keseluruhan, misalnya perkembangan intelegensi, sosial, emosional,
spiritual, yang saling berhubungan satu dengan lainnya.
3. Pendekatan
edukatif/paedagogis, pendekatan pendidikan menempatkan peserta didik sebagai
unsur penting, yang memiliki hak dan kewajiban dalam rangka sistem pendidikan
menyeluruh dan terpadu.
2.4
PENGERTIAN PERKEMBANGAN
Perkembangan
adalah perubahan yang progesif dan kontinyu (berkesimnambungan) dalam diri
individu mulai lahir sampai mati. Pengertian lainnya yaitu : Perubahan – perubhan
yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya yang berlangsung
secara sistematis, progesif, dan berkesinambungan baik menyangkut fisik maupun
psikis.
2.5
PENGERTIAN PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
Perkembangan yang terjadi pada peserta didik baik dari fisik maupun
psikis seorang peserta didik.
Secara rincinya bila
dilihat dari fisik & psikhis:
1. Terjadi perubahan : fisik: perubahan
tinggi/berat badan/organ-organ tbuh lain : psikhis: bertambahnya perbendaharaan
kata – matangnya kemampuan berpikir-mengingat& menggunakan imajinasi
kreatifnya
2. Perubahan dlm proporsi fisik: proporsi
tubuh berubah sesuai dng fase perkembangannya ; psikis : perubahan imajinasi dr
fantasi ->realitas, perhatiannya dr dirinya sendiri -> orang lain/klmp
teman sebaya.
3.
Lenyapnya
tanda-tanda lama fisik : lenyapnya kelenjar thymus (kelenjar kanak-2) yg
terletak pd bagian dada, kelenjar pineal pd bag. bawah otak , gigi susu &
rambut2 halus ; psikhis: masa mengoceh/meraban-gerak gerik
kanak2/merangkak-perilaku impulsive (dorongan untk bertindak sebelum berpikir)
4. Diperoleh tanda2 baru fisik: pergantian
gigi-karakteristik seks pd usia remaja:sekunder:perubahan anggota tubuh &
primer:menstruasi/mimpi basah ; psikis: rasa ingin tahu terutama yg berhubungan
dng ilmu pengetahuan, seks, nilai moral,keyakinan beragama.
2.6
HUBUNGAN KEMANDIRIAN DAN KARIR TERHADAP PERKEMBANGAN
PESERTA DIDIK
Berkaitan
dengan perkembangan peserta didik, kehidupan pendidikan yang dimaksud baik yang
dialami oleh remaja sebagai peserta didik di dalam lingkungan sekolah, keluarga
dan atau lingkungan masyarakat. Sedang karir adalah pengalaman seseorang di
dunia kerja. Seperti yang dikatakan oleh Garrison (1956) bahwa setiap tahun di
dunia ini terdapat jutaan pemuda pemudi yang memasuki dunia kerja. Peristiwa
seorang memasuki dunia kerja merupakan awal pengalamannya dalam kehidupan
berkarya atau berkarier. Pada hakikatnya kehidupan anak remaja didalam
pendidikan merupakan awal kehidupan kariernya. Baik didalam kehidupan
pendidikan maupun kehidupan karier, para remaja memperoleh pengalaman yang
menggambarkan adanya pasang surut.
Belajar itu
akan lebih berhasil apabila sesuai dengan bakat dan minatnya, dan dapat
mempengaruhi minat dan kebutuhan dalam belajar. Dapat dikatakan bahwa remaja
telah memiliki minat yang jelas terhadap jenis pekerjaan tertentu. Dan remaja sadar
bahwa untuk mencapai itu memerlukan pengetahuan dan keterampilan tertentu. Dan
pada dasarnya belajar atau mengikuti pendidikan tertentu merupakan persiapan
baginya untuk mencapai suatu pekerjaan yang diinginkannya. Hal ini juga
membimbing peserta didik untuk memilih jenis pendidikan yang akan diikuti.
Beberapa
factor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik, kemandirian dan kariernya:
1)
Lingkungan pendidikan keluarga
2)
Masyarakat
3)
Sekolah
4)
Factor social ekonomi
5)
Factor lingkungan
6)
Factor pandangan hidup
Perkembangan
kemandirian dan karier peserta didik ditandai dengan meluasnya pengenalan
peserta didik terhadap berbagai masalah dalam memutuskan pekerjaan apa yang
akan dikerjakan pada masa yang akan datang. Ada 4 tahapan:
1)
Tahap minat (umur 11-12 tahun)
2)
Tahap kapasitas (umur 2-14 tahun)
3)
Tahap nilai (umur 15-16 tahun)
4)
Tahap transisi (umur 17-18 tahun)
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Kemandirian merupakan sikap yang
mendorong orang untuk tidak merepotkan ataupun tergantung pada orang lain. Secara
ekonomi, sikap mandiri seseorang akan menimbulkan hubungan simbiosis
komensalisme atau mutualisme di masyarakat.Kemandirian seseorang tidak
begitu saja terbentuk. Kemandirian seseorang terbentuk melalui proses
pendidikan. Kemandirian itu perlu pembiasaan,pemberian wawasan dan pelatihan. Kemandirian
seseorang setidak-tidaknya dipengaruhi oleh dua faktor , yaitu pola asuh di
keluarga dan pendidikan disekolah.
Karir adalah merupakan suatu rangkaian perubahan nilai, sikap dan perilaku
serta motivasi yang terjadi pada setiap individu selama rentang waktu
kehidupannya untuk menemukan secara jelas keahlian, tujuan karir dan kebutuhan
untuk pengembangan, merencanakan tujuan karir, dan secara kontinyu
mengevaluasi, merevisi dan meningkatkan rancangannya. Karir juga merupakan
suatu proses kemitraan interaksi dalam tahapan dan kerja sama antara
organisasi/perusahaan atau manajemen, atasan langsung dan individu itu
sendiri.
Jadi karir dan kemandirian seseorang sangat berhubungan, dalam kemandirian
dibentuk melalui keluarga maupun melalui sekolah, dimana hal tersebut sangat
penting dalam perkembangan peserta didik sehingga kepribadian seorang peserta
didik dapat menjadi lebih baik, sedangkan dalam perkembangannya, peserta didik
juga akan secara tidak langsung akan mencari karirnya sendiri sesuai dengan
keahlian yang dimilikinya sejalan dengan proses kemandirian mereka.
3.2
SARAN
Dalam perkembangan peserta didik
seharusnya antara kemandirian dan karier serta factor factor yang mempengaruhi
perkembangan peserta didik haruslah berjalan berirama selaran sehingga dapat
membantu perkembangan peserta didik secara maksimal.
Karier yang tidak di dukung dengan
kemandirian yang baik serta kualitas seorang peserta didik tidak akan
menghasilkan karier seorang peserta didik menjadi baik dan sukses, malah akan
menjadikan karier tersebut tidak dapat berjalan bahkan hanya angan angan yang sulit
untuk di wujudkan seorang peserta didik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar